Kamis, 05 Agustus 2010

KERAJAAN BANTEN AWAL

Nama : Merlina Agustina Orllanda
Npm : 180310080026


KERAJAAN BANTEN AWAL
B. Kehidupan Sosial Ekonomi
1. Struktur Masyarakat

Sebelum berdirinya Kerajaan Banten, Penduduk asli Banten adalah suku Badui yang menganut Pasundan Kawitan. Hingga kemudian berdirilah Kerajaan Banten Awal yang merupakan kerajaan bercorak islam. Banten mempunyai peranan penting dalam tumbuh dan berkembangnya Islam di Jawa, khususnya di daerah Jakarta dan Jawa Barat. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sekelompok masyarakat di pesisir Banten yang memeluk agama islam.karena itulah sebagian besar masyarakat Banten banyak yang menganut agama islam.
Selain itu Banten memiliki latar belakang sebagai kerajaan perdagangan yang terkenal dengan pelabuhan. Pelabuhan inilah yang telah menarik banyak orang dari berbagai Negara dan daerah untuk menginjakan kakinya di Banten. Dari adanya kunjungan tersebut mengakibatkan struktur masyarakat Banten menjadi bervariasi pada masa itu. Banyak pengunjung dari berbagai daerah yang mendatangi Banten untuk melakukan kegiatan perdagangan. Hal tersebut juga melatarbelakangi adanya pemukiman yang dilakukan oleh para pendatang misalnya orang Eropa timur dan Cina. Kebanyakan diantara mereka yang tinggal di daerah pesisir Banten karena dekat dengan pelabuhan dagang. Selain itu juga terdapat pengunjung dari berbagai daerah di Nusantara terutama dari pulau Jawa dan Sunda.
Masyarakat yang berkunjung ke Banten itu akhirnya menetap bahkan ada sebagian yang melakukan hubungan perkawinan dengan penduduk setempat. Sehingga menyebabkan masyarakat Banten bervariasi dengan latar belakang yang tentunya berbeda-beda. Hal tersebut akhirnya menimbulkan berdirinya pemukiman atau berbagai kampung-kampung penduduk berdasarkan sukunya. Kependudukan tersebut tentunya memperkaya pola dan tingkah laku masyarakat sehari-harinya. Misalnya saja dari segi bahasa, bahasa yang digunakan masyarakat Banten sangatlah bervariasi seperti bahasa sunda yang digunakan masyarakat Serang dan Lebak, bahasa Jawa-Banten yang digunakan masyarakat Serang di Banten Utara dan bahasa asing yang digunakan oleh masyarakat dari Negara asing yang bertempat tinggal di Banten serta bahasa dari suku yang lainnya.
Selain adanya variasi bahasa dalam struktur masyarakat Banten terdapat pula keanekaragaman agama yang dianut. Misalnya saja masyarakat Banten peninggalan hindu yang menganut agama hindu, masyarakat Badui yang memegang kepercayaan Pasundan Kawitan, masyarakat Banten penganut agama islam sejak berdirinya Kerajaan Banten, serta masyarakat nasrani yang menganut kepercayaan yang dibawa oleh Belanda atau bangsa lainnya. Semuanya hidup berdampingan jauh sebelum Indonesia mengalami kemerdekaan. Sama halnya dengan Agama, bahasa, dan suku maka di Banten juga terdapat pemukiman-pemukiman yang telah diciptakan sendiri oleh masyarakat seperti Pakojan, kampung tempat tinggal orang-orang India; Kampung Tambak, Kabupaten, kampung tempat tinggal pangeran Banten; Kaloran, kampung tempat tinggal Pangeran Lor dan kampung-kampung lainnya yang semua berjumlah 33 kampung pemukiman yang sudah terbentuk sejak pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam kehidupan sosial Sultan Ageng Tirtayasa merupakan pemimpin yang mengusahakan kesejahteraan rakyatnya. Masyarakat Banten merupakan tipe pekerja keras, ulet dan rajin sehingga pada masa itu kehidupan masyarakat maju dan berkembang.



2. Kondisi Perekonomian

Banten merupakan bagian wilayah Nusantara yang memiliki faktor ekologis dan letak geografis yang strategis, sehingga dapat diambil suatu gambaran kalau pada masa Kerajaan Banten kegiatan perdagangan merupakan aktivitas perekonomian yang dilaksanakan masyarakat. Berkembang pesatnya perdagangan pada masa Kerajaan Banten Awal tersebut didukung oleh adanya hubungan dagang yang terjalin antara masyarakat pribumi dan pedagang asing.

Kondisi perekonomian masyarakat Banten pada masa awal dapat dikatakan gemilang. Hal tersebut karena pelabuhan perdagangan yang dimiliki Banten merupakan pelabuhan niaga internasional di Asia. Transaksi perdagangan dilaksanakan pagi dan malam hari. Kerajaan Banten merupakan tuan rumah yang berperan dalam menyediakan tempat ( kerajaan menyediakan tiga pasar yaitu pasar karangantu di timur kota, pasar alun-alun, dan pasar di Pecinan ), mengurus administrasi, perkapalan, dan pelabuhan. Setiap Negara atau bangsa lain yang memasuki wilayah Banten dan melaksanakan kegiatan perdagangan akan dikenakan pajak masuk yang memberikan keuntungan bagi Kerajaan Banten. Dengan demikian Kerajaan Banten pada masa itu mengalami kemajuan yang dapat memberikan kesejahteraan bagi rakyat dan Negara.
Sumber perekonomian yang dihasilkan Kerajaan Banten tidak hanya diperoleh dari kegiatan perdagangan dan pelayaran saja. Tapi juga meliputi adanya kegiatan persawahan dan perkebunan. Hal tersebut merupakan faktor yang menyebabkan Kerajaan Banten melakukan perluasan wilayah, salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Banten adalah Lampung yang kemudian dijadikan sebagai tempat perkebunan lada. Semua yang dilakukan Kerajaan Banten bertujuan untuk memajukan kegiatan perekonomian sekaligus meningkatkan kemakmuran.
Perekonomian Kerajaan Banten sudah mengalami kemajuan sejak zaman Sultan Maulana Yusuf dan Sultan Hasanudin. Puncak kejayaan perekonomian makin berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan Abulfath’ atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Hal tersebut karena Sultan Ageng Tirtayasa merupakan pemimpin yang cerdas, pandai berdiplomatik, dan menguasai bisnis sehingga beliau mampu menarik perhatian bangsa Eropa dan bangsa lainnya untuk melakukan hubungan dagang dengan Kerajaan Banten. Negara-negara tersebut antara lain, Turki, Arab, India, Cina, Spanyol, Portugis, Melayu, Gujarat, dan sebagainya. Hingga pada tanggal 22 Juni 1956 Belanda merasa terpanggil untuk singgah di Banten, dari persinggahan itulah akhirnya Belanda tertarik untuk menguasai perekonomian Banten yang merupakan penghasil rempah dan lada. Belanda melakukan monopoli perdagangan sekaligus memblokade pelabuhan niaga yang dimiliki Banten, hal tersebut tentunya menimbulkan kesengsaraan rakyat di bidang perekonomian hingga akhirnya menuntut Sultan Ageng Tirtayasa dan rakyatnya untuk melakukan perlawanan demi mendapatkan kesejahteraan Banten seperti semula.

SUMBER DATA :
(1) Lubis, H Nina,2004,Banten Dalam Pergumulan Sejarah, Jakarta: Pustaka LP3ES
(2) Reid,Antoni, 1988, Sejarah Modern Awal, Jakarta: Widiyadara
(3) Banten.

2 komentar: