SEJARAH KERAJAAN SRIWIJAYA
Diajukan dalam rangka mengumpulkan tugas perkuliahan
Disusun oleh :
1. Merlina Agustina Orllanda
180310080026
DEPARTEMEN NASIONAL UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS SASTRA/ JURUSAN ILMU SEJARAH
Jatinangor Bandung-Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala karena berkat segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul Sejarah Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim terbesar dan terkenal diseluruh Nusantara. selain itu kerajaan ini juga terkenal sebagai kerajaan Buddha tertua yang berkedudukan di Sumatera Selatan. Pada abad ke-20 Kerajaan Sriwijaya masuk menjadi suatu kesatuan Negara Indonesia.
Dalam makalah yang berjudul Sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berisikan tentang latar belakang, sistem kehidupan, pemerintahan, masa kejayaan, hingga masa keruntuhan dari Kerajaan Sriwijaya. Semuanya dituangkan dalam makalah ini agar para pembaca dapat mempelajari sejarah tentang suatu kerajaaan yang pernah berjaya dimasa lalu tersebut hingga mampu menguasai jalur perdagangan di Sumatra, Jawa, India, Cina, Brunei, Borneo, hingga Madagaskar di Afrika yang ada pada masa itu hingga akhirnya Kerajaan tersebut menjadi runtuh.
Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan harap maklum, penulis hanya insan biasa yang masih dalam tahap belajar. Maka dari itu diharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penyempurnaan makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………… 2
A. Latar Belakang………………………………………………………………..……..3
B. Sumber Sejarah………………………………………………………………… ..4- 6
C. Kehidupan Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya…………………7-10
D. Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya…………………………………......11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….13
Lampiran……………………………………………..........................................14
SEJARAH KERAJAAN SRIWIJAYA
A. Latar Belakang
Sriwijaya adalah Kerajaan Melayu Kuno di pulau Sumatera yang berpengaruh di kepulauan melayu. Menurut H. Kern 1913, Sriwijaya merupakan nama dari seorang raja. Pada tahun 1918 G. Coedes mengemukakan bahwa kata sriwijaya pertama kalinya di temukan pada bagian dalam prasasti kota Kapur. Hal tersebut berdasarkan dari sumber-sumber dan berita dari Cina yang diperolehnya. Kota Kapur adalah nama dari sebuah kerajaan yang terdapat di Sumatera Selatan, tepatnya berpusat di Palembang. Dalam berita cina Sriwijaya dikenal dengan sebutan She-li-fo-she, hal tersebut pernah dikemukakan oleh Samuel Beal pada tahun 1884.
Kemunculan Kerajaan Sriwijaya membuat para sejarahwan mengalihkan perhatian untuk melakukan berbagai penelitian mengenai kerajaan tersebut. Kebenaran mengenai posisi dan kedudukan Kerajaan Sriwijaya masih belum jelas apakah di Jambi atau Palembang?. Terdapat sejumlah perbedaan pendapat dari para peneliti, hal ini tentunya menjadi permasalahan besar. Karena para peneliti masing-masing memilki argument yang kuat. Misalnya saja Nia Kurnia berpendapat bahwa Sriwijaya berada di Palembang, alasannya bisa dilihat pada prasasti telaga batu yang ada di Palembang merupakan gambaran dari pemerintahan Raja Sriwijaya yang memberi sumpah serapah pada pejabat yang berkhianat pada pemerintahan sriwjaya. Tapi di lain pihak Soekmono punya alasan yang tepat untuk menyatakan bahwa Sriwjaya dahulunya kerajaan yang ada di Jambi, hal ini terlihat dari letak Geografis Jambi yang dulunya strategis sebagai pelabuhan perdagangan mengingat bahwa Sriwijaya merupakan negara maritim.
Kedua pendapat yang berbeda tersebut masing-masing memiliki bukti dan fakta, sehingga untuk posisi Sriwijaya tidak dapat dipastikan. Hanya saja masyarakat lebih banyak mendengar kalau pusat sriwijaya itu ada di Palembang dan hal itu sudah dari dulu ditetapkan sebagai sumber. Tapi yang jelas kebenaran tersebut belum bisa terungkap sampai hari ini, sejumlah perkiraan selalu bermunculan dengan berbagai versi yang berbeda.
Ada yang mengatakan kalau pada masa kejayaan Sriwijaya berada di Palembang ( Minanga Komering Ulu ), dan diperkirakan runtuhnya Sriwijaya saat kerajaan tersebut berada di Jambi. Tidak tau apakah Jambi atau Palembang yang berhak mendapat julukan sebagai Pusat Sriwijaya yang jelas dari kedua tempat tersebut sama-sama berada di wilayah Sumatera Selatan dan memiliki bukti peninggalan dari kerajaan sriwijaya.
Hal ini tentunya menjadi misteri dan menimbulkan rasa penasaran. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari kebenaran, Namun kebanyakan hasilnya kurang memuaskan karena masih banyak hal yang belum terungkapkan secara tuntas. Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah keterbatasan waktu dan sumber sejarah yang tidak memadai.
B. Sumber Sejarah
Sumber sejarah yang mendukung tentang keberadaan Kerajaan Sriwijaya berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti antara lain :
1) Berita Asing
a. Sumber Cina
Keterangan mengenai Kerajaan Sriwijaya diperoleh dari kisah perjalanan I-tsing ( Seorang pendeta Buddha dari cina ), saat ia melakukan perjalanan dari Kanton menuju India pada tahun 671 ia singgah di Kerajaan Sriwijaya selama 4 bulan untuk mempelajari bahasa sansekerta. Setelah itu ia baru berangkat ke Nalanda (India). Setelah lama belajar di Nalanda, tahun 685 I-tsing kembali ke Sriwijaya dan tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks Buddha dari Bahasa Sansekerta ke bahasa Cina.
Dari berita-berita yang telah ditulis I-tsing inilah dapat diketahui tentang keadaan Sriwijaya pada waktu itu. Pada masa itu Sriwijaya merupakan pusat penting agama Buddha. Bahkan pendeta-pendeta dari beberapa negeri seperti Tibet dan Cina datang ke Sriwijaya untuk belajar agama Buddha.
b. Sumber Arab
Arab menjuluki Sriwijaya sebagai ” Sribuza Mas‘udi, seorang sejarahwan Arab klasik menulis catatan pada tahun 955 M yang menggambarkan Sriwijaya sebagai sebuah kerajaan besar dengan pasukan tentara yang kuat . Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kardamunggu, gambir dan beberapa hasil bumi lainya.
c. Sumber India
Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan yang ada di India seperti dengan Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Cholamandala. Dengan Kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Nalanda.
2) Sumber Prasasti
Selain sumber berita asing terdapat juga sumber prasasti yang ditemukan di Indonesia ( ditulis dengan huruf palawa dan bahasa Melayu Kuno ). Adapun prasasti yang dimaksud adalah sebagai berikut,
1. Prasasti Kedukan Bukit, Palembang 683M, berisi perjalanan suci ( Siddhayatra ) Dapunta Hyang yang berhasil menaklukan Jambi.
2. Prasasti Talang Tuo 684 Masehi, berisi tentang doa dan harapan yang bersifat Buddha.
3. Prasasti Telaga Batu, di kota Palembang pada abad IX atau X Masehi. Berisi kutukan terhadap pelaku kejahatan.
4. Prasasti Kota Kapur, di Pulau Bangka, berisi tentang penaklukan pulau Jawa.
5. Prasasti Karang Brahi, Merangin Jambi 686 Masehi, berisi tentang kekuasaan Sriwijaya.
6. Prasasti Ligor 775 M, yang berisi tentang ibu kota Ligor yang mengawasi perdagangan.
C. Kehidupan Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya
Ekonomi
Bumi Sriwijaya menghasilkan beberapa kekayaan alam diantaranya; cengkeh, kapulaga, pala, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah dan penyu. Barang-barang tersebut dijual atau dibarter dengan kain katun, sutera dan porselen melalui relasi dagangnya dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar.
Politik Dan Pemerintahan
Untuk memperluas wilayah kerajaan penguasa Sriwijaya Dapunta Hyang pada tahun 664 M menikahi Sobakancana, putri kedua raja Kerajaan Tarumanegara. Saat kerajaan Funan di Indo-China runtuh, Sriwijaya memperluas daerah kekuasaannya hingga bagian barat Nusantara. Dengan kekuatan armada lautnya, Sriwijaya juga mampu menguasai lalu lintas perdagangan antara India dan Cina, serta menduduki Semenanjung Malaya. Kekuatan armada terbesar Sriwijaya juga melakukan ekspansi wilayah hingga ke Pulau Jawa termasuk sampai ke Brunei atau Borneo. Penguasaan dan memberi hegemoni wilayah dilakukan secara langsung oleh pemimpin atas daerah kekuasaannya, hal tersebut dianggap lebih mutlak. pada abad ke-8, Kerajaan Sriwijaya telah mampu menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara.
Sistem pemerintahan Sriwijaya pada awalnya adalah sistem Kekaisaran yang bersifat Kedatuan didirikan oleh Dapunta Hyang, lambat laun seiring berjalannya waktu sistem pemerintahan berubah menjadi Monarki. Monarki artinya raja yang menjadi kepala negara daan keputusan raja adalah suatu hal yang dianggap mutlak. Semuanya telah tertulis dalam prasasti yang mencatat sejumlah pelaksanaan suatu keputusan raja.
Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam sistem pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Ada tiga syarat utama untuk menjadi raja sriwijaya, yaitu :
1. Samraj, artinya berdaulat atas rakyatnya
2. Indratvam, artinya memerintah seperti Dewa Indra yang selalu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya
3. Ekachattra, artinya mampu memayungi (melindungi) seluruh rakyatnya
Berikut daftar silsilah para Raja Kerajaan Sriwijaya :
1. Dapunta Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683 M, Prasasti Talangtuo 684 M)
2. Cri Indrawarman (berita Cina, 724 M)
3. Rudrawikrama (berita Cina, 728 M)
4. Wishnu (Prasasti Ligor, 775 M)
5. Maharaja (berita Arab, 851 M)
6. Balaputradewa (Prasasti Nalanda, 860 M)
7. Cri Udayadityawarman (berita Cina, 960 M)
8. Cri Udayaditya (Berita Cina, 962 M)
9. Cri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)
10. Maraviyatunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)
11. Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)
Dari silsilah raja-raja diatas ada dua raja yang berperan penting bagi Kerajaan Sriwjaya yaitu,
a) Raja Dapunta Hyang Sri Yayanaga
Pada masa pemerintahannya ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan Sriwijaya sampai ke Jambi tepatnya di wilayah Minangtamwan. Pada saat itu Jambi memiliki arti yang penting dalam bidang perekonomian karena dekat dengan jalur perhubungan dan pelayaran perdagangan di Selat Malaka. Dapunta Hyang bercita-cita untuk menjadikan Sriwijaya sebagai Negara Maritim. Karena itulah Sriwijaya mengembangkan sistem dan tradisi Diplomasi, hal ini tentunya menjadikan Sriwijaya sebagai suatu kerajaan yang metropolitan.
b) Raja Balaputradewa
Sriwijaya mengalami kejayaan pada masa Raja Balaputradewa. Balaputradewa adalah keturunan dari wangsa Syaleindra yang naik tahta karena diangkat oleh Raja Dharma Setru yang tidak memiliki keturunan. Balaputradewa adalah pemimpin yang cakap dan tangguh. Ia meningkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan dengan kerajaan yang berada di luar wilayah Indonesia. Kerajaan Sriwijaya melaksanakan hubungan luar negeri yang bersifat aktif, Pada masa itu Kerajaan Sriwijaya menjadi besar. Banyak para pemuda Sriwijaya yang belajar keluar Negeri, terutama ke Benggala ( India). Selain menjadi pusat perdagangan Balaputradewa juga telah membuat Sriwijaya menjadi pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara.
Dibanding dengan kerajaan besar lainnya Kerajaan Sriwijaya memiliki kekhasan tersendiri. Hal ini bisa terlihat dari sejumlah prasasti peninggalan yang menunjukan sejumlah birokrasi yang berisi aturan untuk menjamin kekuatan dan ketenangan dalam negeri.
Sosial dan Budaya
Sriwijaya merupakan kerajaan Budha terbesar. Hal itu membuat It-tsing, seorang pendeta dari Cina pernah menetap selama 6 tahun di Sriwijaya untuk memperdalam agama Buddha. Salah satu karya yang dihasilkannya, yaitu Ta Tiang si-yu-ku-fa-kao-seng-chuan yang selesai ditulis pada tahun 692 M.
Selain itu Peninggalan Kerajaan Sriwijaya banyak ditemukan di daerah Palembang, Jambi, Riau, Malaysia, dan Thailand. Hal ini disebabkan karena Sriwijaya merupakan Kerajaan Maritim yang selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain dalam kurun waktu yang lama.
Prasasti dan situs yang ditemukan disekitar Palembang, yaitu Prasasti Boom Baru (abad ke7 M), Prasasti Kedukan Bukit (682 M), Prasasti Talangtuo (684 M), Prasasti Telaga Batu ( abad ke-7 M), Situs Candi Angsoka, Situs Kolam Pinishi, dan Situs Tanjung Rawa. Sedangkan peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya lainnya ditemukan di Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu, yaitu Candi Kotamahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar batu, Candi Astono dan Kolam Telagorajo, Situs Muarojambi. Selain itu Peninggalan Sejarah Kerajaan Sriwijaya di Lampung terdapat Prasasti Palas Pasemah dan Prasasti Bungkuk (Jabung). di Riau, Candi Muara Takus yang berbentuk stupa Budha.
C. Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
Pada abad ke-11 Raja Rajendra Cholamandala dari India Selatan melakukan dua kali penyerangan ke Kerajaan Sriwijaya. Hal tersebut disebabkan adanya persaingan di bidang pelayaran dan perdagangan. pada penyerangan yang kedua, Kerajaan Chola berhasil menawan Raja Sri Sanggrama Wijayatunggawarman serta berhasil merebut kota dan bandar-bandar penting Kerajaan Sriwijaya.
Sekalipun Kerajaan ini masih berdiri, namun kemashurannya sudah pudar. Bersamaan dengan hal itu Pada abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran yang luar biasa. Kerajaan besar di sebelah utara, seperti Siam melakukan perluasan wilayah kekuasaannya ke wilayah selatan. Kerajaan Siam ( Kerajaan Kediri ) berhasil menguasai daerah Semanjung Malaka, termasuk Tanah Genting Kra. Akibat dari perluasan Kerajaan Siam tersebut, kegiatan pelayaran perdagangan Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang. Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan lemah yang wilayahnya terbatas di daerah Palembang, pada abad ke-13 Kerajaan Sriwijaya dihancurkan oleh Kerajaan Majapahit. Kerajaan Sriwijaya benar-benar tenggelam, hilang dan lenyap tanpa jejaknya. Kira-kira pada 1377 habislah sejarah dari Kerajaan Sriwijaya yang semula pernah berjaya.
DAFTAR PUSTAKA
Yulianti,2007,1700 Bank Soal Sejarah Indonesia dan Dunia,Bandung:Yrama Widya
Joened poesponegoro,marwati,1993,Sejarah Indonesia 2,Jakarta:Balai Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Selatan
http://budpar.go.id/imgdata/article465
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Seriwijaya
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar